Visa Pelajar, Ratusan visa mahasiswa dan lulusan baru mahasiswa internasional di Amerika Serikat dicabut sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjabat untuk kedua kalinya pada 20 Januari 2025. Tak cuma itu, sejumlah mahasiswa asing juga ditangkap.
Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan pencabutan sekitar 1.500 visa pelajar internasional, memicu perhatian global, terutama dari kalangan akademisi dan komunitas mahasiswa internasional. Kebijakan ini diduga merupakan bagian dari langkah-langkah keamanan nasional dan penyaringan visa yang lebih ketat.
Alasan di Balik Pencabutan Visa
Menurut pernyataan resmi dari Departemen Luar Negeri AS, pencabutan visa dilakukan terhadap pelajar yang diduga memiliki koneksi dengan institusi atau aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan militer negara asing, terutama dari negara-negara yang dianggap sebagai rival strategis Amerika, seperti Tiongkok dan Rusia.
Langkah ini merupakan bagian dari kebijakan yang disebut “Presidential Proclamation 10043”, yang pertama kali diberlakukan pada masa pemerintahan Donald Trump dan diperluas implementasinya oleh pemerintahan saat ini.
Siapa yang Menjadi Target?
Kelompok utama yang menjadi sasaran kebijakan ini adalah pelajar pascasarjana dan peneliti dari:
-
Tiongkok, khususnya yang memiliki keterkaitan dengan universitas atau lembaga yang disebut-sebut memiliki hubungan erat dengan militer Tiongkok (PLA).
-
Negara-negara yang masuk daftar pengawasan tinggi oleh badan intelijen AS.
-
Mahasiswa dengan latar belakang di bidang teknologi sensitif, seperti kecerdasan buatan (AI), teknologi militer, dan keamanan siber.
Dampak Terhadap Dunia Pendidikan
Langkah ini menuai reaksi keras dari berbagai universitas terkemuka di Amerika, termasuk Harvard dan MIT. Mereka menilai bahwa kebijakan ini bisa menghambat kolaborasi riset internasional dan merusak reputasi AS sebagai destinasi utama pendidikan tinggi global.
Menurut data dari Institute of International Education (IIE), mahasiswa internasional menyumbang lebih dari $40 miliar USD ke ekonomi AS setiap tahunnya. Kebijakan seperti ini bisa berakibat pada penurunan tajam jumlah pendaftar dari luar negeri.
Respons dari Negara Terkait
Pemerintah Tiongkok telah mengecam keras kebijakan ini, menyebutnya sebagai bentuk diskriminasi politik dan pelanggaran terhadap hak pendidikan warga negaranya. Beberapa pelajar bahkan melaporkan bahwa visa mereka dicabut secara sepihak, tanpa penjelasan atau proses banding yang transparan.
Apa Langkah Selanjutnya?
Para pakar memprediksi bahwa ketegangan antara AS dan negara-negara pesaing utamanya dalam hal pertukaran akademik akan terus meningkat. Beberapa mahasiswa dan institusi telah mulai mencari alternatif negara tujuan studi, seperti Kanada, Australia, dan negara-negara Eropa.
Q & A Tentang Amerika Cabut 1.500 Visa Pelajar, Kelompok Ini Jadi Target Dengan Narasumber Dr Indra
Dr. Indra, pemerintah Amerika Serikat baru saja mencabut sekitar 1.500 visa pelajar. Apa alasan utama di balik kebijakan ini?
Ya, langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi keamanan nasional dan pengawasan imigrasi. Menurut pernyataan resmi dari Departemen Luar Negeri AS, sebagian besar visa yang dicabut berkaitan dengan dugaan keterlibatan dalam aktivitas yang dapat membahayakan keamanan nasional, termasuk spionase teknologi dan pelanggaran status visa.
Kelompok mana saja yang paling terdampak dalam pencabutan visa pelajar ini? Apakah ada pola tertentu yang bisa kita lihat?
Menariknya, sebagian besar visa yang dicabut diberikan kepada mahasiswa dari negara-negara tertentu yang dianggap berisiko tinggi. Berdasarkan data, mahasiswa asal Tiongkok dan Iran mendominasi dalam daftar ini. Mereka umumnya menempuh pendidikan di bidang teknologi tinggi, sains, dan teknik—bidang yang sangat sensitif dalam konteks keamanan nasional AS.
Apakah kebijakan ini murni karena alasan keamanan, atau ada faktor geopolitik yang bermain di balik layar?
Ini pertanyaan krusial. Meskipun pemerintah AS menekankan faktor keamanan, tidak bisa dipungkiri bahwa tensi geopolitik, terutama antara AS dan Tiongkok, turut memengaruhi. Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat peningkatan kebijakan pembatasan terhadap kolaborasi akademik, yang seringkali disertai tuduhan soal pencurian kekayaan intelektual.
Bagaimana dampaknya terhadap universitas-universitas di Amerika Serikat sendiri?
Dampaknya sangat signifikan. Banyak universitas top di AS bergantung pada mahasiswa internasional, baik dari segi akademik maupun pendanaan. Pencabutan visa secara massal ini bukan hanya menimbulkan kekhawatiran, tapi juga kerugian ekonomi. Belum lagi, reputasi Amerika sebagai destinasi pendidikan global bisa terganggu dalam jangka panjang.
Apakah mahasiswa internasional dari negara lain, termasuk Indonesia, perlu khawatir?
Untuk saat ini, belum ada indikasi langsung bahwa Indonesia termasuk dalam negara yang disasar. Namun, mahasiswa Indonesia tetap perlu berhati-hati, terutama dalam hal kepatuhan terhadap aturan visa, bidang studi yang dipilih, serta interaksi digital yang bisa disalahartikan oleh otoritas.
Adakah langkah-langkah mitigasi yang bisa dilakukan mahasiswa atau institusi pendidikan?
Institusi pendidikan harus aktif memberi pendampingan hukum dan informasi kepada mahasiswa internasional. Sementara itu, mahasiswa harus memperkuat dokumentasi status akademiknya, memperbarui visa secara berkala, dan menjauhi aktivitas yang bisa disalahartikan. Keterbukaan dan transparansi adalah kunci.
Terakhir, Dr. Indra, bagaimana Anda melihat masa depan pendidikan internasional jika tren pencabutan visa ini terus berlanjut?
Jika ini terus berlanjut, akan ada pergeseran besar. Negara-negara seperti Kanada, Inggris, dan Australia bisa menjadi alternatif utama. Amerika bisa kehilangan keunggulannya sebagai pusat pendidikan global. Yang lebih memprihatinkan, semangat kolaborasi lintas negara dalam dunia akademik bisa semakin melemah.
Kesimpulan
Pencabutan 1.500 visa pelajar oleh Amerika Serikat menandai babak baru dalam ketegangan geopolitik yang merembet ke ranah pendidikan. Meski langkah ini disebut-sebut sebagai upaya menjaga keamanan nasional, dampaknya terhadap komunitas akademik global dan reputasi internasional Amerika bisa sangat besar.