Korsel Akan Berkurang, Bayangkan sebuah negara yang dibangun oleh generasi muda, tetapi pada puncak kejayaannya, – justru kehabisan tenaga untuk menopang masa depan. Inilah paradoks populasi yang tengah mengintai Asia, dan Korea Selatan. Dalam laporan terbaru dari Korean Peninsula Population Institute for Future, Korea Selatan diprediksi akan kehilangan hingga 85% dari total populasinya pada 2125. Proyeksi Korean Peninsula Population Institute for Future menggunakan metode cohort component untuk memproyeksikan tren demografis Korea selama satu abad ke depan.

Penduduk Korsel Akan Berkurang 85% dalam 100 Tahun, RI Harus Waspada– Proyeksi yang sangat mencolok ini menegaskan tantangan demografis serius yang dihadapi Korea Selatan saat negara tersebut bergulat dengan tingkat kelahiran terendah di dunia dan populasi yang menua paling cepat. Per 2024, angka fertilitas total Korea Selatan yaitu rata-rata jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan seorang perempuan selama hidupnya – sedikit meningkat menjadi 0,75, namun masih jauh di bawah tingkat pengganti populasi sebesar 2,1.
Penduduk Korsel Akan Berkurang 85% dalam 100 Tahun, RI Harus Waspada
Korea Selatan baru-baru ini kembali menjadi sorotan dunia setelah data terbaru menunjukkan proyeksi penurunan jumlah penduduk yang sangat drastis. Berdasarkan laporan Statistics Korea, diperkirakan populasi Korea Selatan akan menyusut hingga 85% dalam kurun waktu 100 tahun ke depan. Fenomena ini menjadi peringatan keras tidak hanya bagi Korea Selatan, tetapi juga bagi negara lain di Asia, termasuk Indonesia.
Fakta Mengejutkan tentang Penurunan Penduduk Korea Selatan
Penurunan jumlah penduduk Korea Selatan sebenarnya sudah terlihat sejak beberapa dekade terakhir. Tingkat kelahiran yang sangat rendah dan penuaan populasi menjadi dua faktor utama yang menyebabkan krisis demografi ini.
Berikut beberapa data yang menunjukkan kondisi mengkhawatirkan di Korea Selatan:
- Tingkat kelahiran terendah di dunia: Pada tahun 2023, tingkat kelahiran Korea Selatan tercatat hanya 0,72 per wanita, jauh di bawah angka pengganti ideal yaitu 2,1.
- Populasi menua dengan cepat: Diperkirakan pada 2070, sekitar 46% penduduk Korea Selatan akan berusia di atas 65 tahun.
- Penurunan populasi mulai terjadi sejak 2020: Saat itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, jumlah kematian melebihi kelahiran.
Penyebab Utama Penurunan Penduduk
Ada beberapa alasan utama mengapa Korea Selatan menghadapi penurunan penduduk yang sangat drastis:
Beban Biaya Hidup yang Tinggi
Kehidupan di kota besar seperti Seoul sangat mahal. Biaya perumahan, pendidikan, dan kebutuhan pokok membuat generasi muda enggan menikah dan memiliki anak.
Budaya Kerja yang Ketat
Budaya kerja di Korea Selatan terkenal sangat kompetitif dan menuntut jam kerja yang panjang. Banyak anak muda yang akhirnya memilih fokus pada karier daripada membangun keluarga.
Kurangnya Dukungan Keluarga dan Sosial
Pemerintah Korea Selatan memang sudah meluncurkan berbagai program insentif kelahiran, namun hasilnya belum signifikan. Banyak pasangan muda merasa tidak mendapat dukungan memadai untuk mengasuh anak.
Dampak Penurunan Penduduk bagi Korea Selatan
Penurunan populasi akan berdampak sangat besar bagi perekonomian dan struktur sosial Korea Selatan. Beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi, antara lain:
- Kekurangan tenaga kerja: Jumlah penduduk usia produktif akan berkurang drastis, mengancam keberlangsungan sektor industri dan jasa.
- Peningkatan beban sosial: Dengan lebih banyak penduduk lanjut usia, beban jaminan kesehatan dan pensiun akan meningkat.
- Lesunya pertumbuhan ekonomi: Kurangnya tenaga kerja dan turunnya konsumsi domestik bisa memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Indonesia Harus Waspada
Meskipun Indonesia saat ini masih memiliki bonus demografi, kita tidak boleh lengah. Ada beberapa alasan mengapa Indonesia harus belajar dari Korea Selatan:
Tren Urbanisasi dan Biaya Hidup
Di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya, biaya hidup juga semakin tinggi. Generasi muda mulai menunda menikah dan memiliki anak karena alasan finansial, mirip seperti tren di Korea Selatan.
Penurunan Angka Kelahiran
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) Indonesia turun dari 2,6 pada 2012 menjadi sekitar 2,18 pada 2022. Jika tren ini terus berlanjut, Indonesia bisa menghadapi masalah demografi serupa dalam beberapa dekade ke depan.
Penuaan Populasi
Meskipun masih relatif muda, populasi lansia di Indonesia sudah mulai meningkat. Diperkirakan pada 2045, sekitar 15% penduduk Indonesia akan berusia di atas 60 tahun.
Strategi yang Bisa Dilakukan Indonesia
Agar tidak bernasib sama dengan Korea Selatan, Indonesia perlu menyiapkan berbagai kebijakan strategis. Beberapa di antaranya adalah:
Meningkatkan Dukungan untuk Keluarga Muda
Pemerintah dapat memberikan subsidi pendidikan, tunjangan anak, dan fasilitas kesehatan gratis untuk anak-anak. Kebijakan ini dapat mendorong pasangan muda untuk memiliki anak.
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Ramah Keluarga
Penerapan kebijakan cuti melahirkan yang lebih panjang, jam kerja fleksibel, dan fasilitas penitipan anak di tempat kerja akan membantu orang tua bekerja sambil mengurus keluarga.
Mengedukasi Masyarakat tentang Pentingnya Regenerasi
Kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak rendahnya angka kelahiran perlu digalakkan, terutama di kalangan generasi muda.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Lansia
Indonesia juga harus mempersiapkan layanan kesehatan dan jaminan sosial yang lebih baik untuk populasi lansia yang akan meningkat.
Belajar dari Negara Lain
Selain Korea Selatan, beberapa negara lain seperti Jepang, Italia, dan Jerman juga mengalami penurunan angka kelahiran dan penuaan populasi. Jepang, misalnya, sudah lama berjuang melawan penurunan populasi dengan memberikan berbagai insentif keuangan dan program ramah keluarga. Namun, hasilnya tetap terbatas karena perubahan sosial yang mendalam tidak bisa diatasi hanya dengan insentif finansial.
Italia menawarkan bonus bayi dan subsidi bagi keluarga besar, sementara Jerman mendorong partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dengan memperbanyak penitipan anak. Meski begitu, tantangan tetap besar dan memerlukan pendekatan jangka panjang.
Kesimpulan
Fenomena penurunan populasi Korea Selatan menjadi cermin bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Meski saat ini Indonesia masih menikmati bonus demografi, tren penurunan angka kelahiran mulai terlihat dan harus segera diantisipasi.