Negara Swasembada, Apa jadinya jika perdagangan pangan dunia tiba-tiba berhenti total? Dalam simulasi krisis global yang memutus rantai impor dan ekspor pangan antarnegara, hanya satu negara di dunia yang diperkirakan mampu bertahan secara mandiri:Guyana. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Food dan dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Göttingen(Jerman) dan Universitas Edinburgh (Skotlandia) menganalisis tingkat swasembada pangan dari 186 negara.
Bukan China, Ini Satu-satunya Negara Swasembada Pangan di Akhir Zaman
Dalam dunia yang semakin tak menentu, ketahanan pangan menjadi isu strategis global. Krisis iklim, konflik geopolitik, pandemi, dan fluktuasi ekonomi telah mengguncang rantai pasok pangan internasional. Banyak negara—bahkan negara besar seperti China dan Amerika Serikat—mengandalkan impor pangan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun, di tengah ancaman akhir zaman yang dibayangkan sebagai kolapsnya sistem global, hanya satu negara yang terbukti mendekati status swasembada pangan sejati: Rusia.
Apa Itu Swasembada Pangan?
Swasembada pangan adalah kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduknya secara mandiri tanpa ketergantungan pada impor dari negara lain. Negara yang swasembada pangan mampu:
- Memproduksi beras, gandum, jagung, dan bahan pokok lainnya sendiri
- Mengelola cadangan pangan untuk krisis
- Mengembangkan pertanian berkelanjutan
- Menjaga kemandirian teknologi dan distribusi pangan
Mengapa Swasembada Pangan Penting di Akhir Zaman?
Dalam skenario krisis global seperti:
-
Perang dunia atau perang nuklir
-
Krisis iklim ekstrem (kekeringan, banjir)
-
Pandemi besar
-
Keruntuhan ekonomi global
… negara yang bergantung pada impor akan terancam kekurangan pangan. Swasembada pangan menjadi faktor kunci kelangsungan hidup bangsa. Tanpa makanan, sistem sosial dan politik bisa runtuh dalam hitungan bulan.
China Bukan Jawabannya
Banyak orang mengira China bisa bertahan tanpa bantuan dunia luar. Namun, kenyataannya:
- China adalah importir gandum terbesar dunia.
- Ketergantungan pada impor kedelai dari Brasil dan Amerika sangat tinggi.
- Lahan pertanian di China mengalami degradasi serius.
- Masalah polusi dan urbanisasi mempersempit lahan subur.
Menurut data FAO dan USDA, pada 2023 China mengimpor lebih dari 60% kebutuhan kedelainya, dan sekitar 20% gandum berasal dari luar negeri.
China memang memproduksi banyak makanan, tetapi skala populasinya yang besar (lebih dari 1,4 miliar) menjadikannya sangat rapuh jika rantai pasok global terganggu.
Rusia: Negara dengan Swasembada Pangan Tertinggi
Di tengah sanksi dan isolasi global, Rusia telah mengembangkan sistem pertanian yang tangguh dan mandiri. Berikut alasannya mengapa Rusia dianggap satu-satunya negara swasembada pangan yang realistis di era global yang tidak stabil.
Lahan Pertanian Terluas di Dunia
Rusia memiliki lebih dari 120 juta hektar lahan pertanian aktif. Selain itu:
-
Tanah hitam (chernozem) di Rusia selatan sangat subur.
-
Iklim di Siberia yang mulai menghangat membuka peluang lahan baru.
Produksi Gandum Raksasa
Rusia adalah eksportir gandum terbesar dunia sejak 2017. Tahun 2022, Rusia mengekspor lebih dari 45 juta ton gandum, melampaui Amerika Serikat dan Kanada.
Mandiri Energi dan Pupuk
Pertanian modern bergantung pada pupuk dan bahan bakar. Rusia memiliki cadangan gas alam terbesar kedua di dunia—sumber utama pembuatan pupuk nitrogen.
Selama krisis pupuk global 2022-2023, Rusia tetap mampu memproduksi dan memasok kebutuhan dalam negerinya.
Sistem Cadangan Strategis
Rusia memiliki sistem penyimpanan pangan strategis, termasuk:
- Gudang cadangan nasional
- Investasi pada silo dan fasilitas pendingin
- Diversifikasi produk pangan lokal seperti kentang, biji minyak, dan protein hewani
Investasi di Teknologi dan Agrotek
Meskipun terkena sanksi teknologi, Rusia mengembangkan sistem pertanian berbasis AI dan drone. Beberapa universitas pertanian Rusia kini menjadi pusat riset pangan berkelanjutan.
Faktor Tambahan yang Mendukung Ketahanan Pangan Rusia
-
Populasi Relatif Kecil: Dengan sekitar 145 juta penduduk, kebutuhan pangannya lebih mudah dipenuhi dibanding China atau India.
-
Budaya Konsumsi Lokal: Banyak masyarakat Rusia masih mengandalkan produksi lokal, seperti kebun keluarga dan pasar desa.
-
Kemandirian Politik: Pemerintah Rusia mendorong “kedaulatan pangan” sejak 2014 setelah dikenai sanksi atas konflik di Ukraina.
Negara Lain: Masih Rentan
Beberapa negara lain memiliki potensi swasembada, tetapi belum mencapai level Rusia:
Amerika Serikat
-
Produksi besar, tapi sistem pangan sangat bergantung pada ekspor-impor dan distribusi berbasis bahan bakar fosil.
-
Kerentanan akibat industrialisasi berlebihan.
Australia
-
Populasi kecil dan ekspor tinggi.
-
Namun rentan terhadap perubahan iklim ekstrem dan kekeringan.
Brasil
-
Kaya akan pertanian tropis.
-
Tapi mengalami deforestasi masif dan ketergantungan ekspor.
Tantangan Global: Menuju Akhir Zaman?
Kita tidak tahu secara pasti bentuk “akhir zaman”, tetapi tren global menunjukkan:
- Krisis iklim memperparah ketimpangan distribusi pangan.
- Konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina berdampak pada ekspor gandum dan pupuk global.
- Disrupsi teknologi dan sanksi ekonomi membuat banyak negara sulit menjaga sistem pangan berkelanjutan.
Kesimpulan
Jika dunia menghadapi krisis global parah, negara dengan ketahanan pangan mandiri akan menjadi benteng terakhir peradaban. Dalam konteks ini, Rusia saat ini adalah satu-satunya negara besar yang memiliki komponen lengkap swasembada pangan:
